SAMBUTAN

Shalom

Pemazmur berkata "Berbahagialah orang yang ... kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Hal ini menyatakan bahwa membaca, merenungkan dan melakukan firman Tuhan akan membawa dampak dan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Dengan kata lain, tidak akan pernah rugi dan sia-sia bila kita membaca, merenungkan dan melakukan firman dalam hidup kita. Sebaliknya, kita akan bertumbuh begitu lebatnya dan menghasilkan buah.

Karena itu, saya mengajak kita semua untuk mempelajari firman Tuhan dengan seksama. Saya yakin, Allah Roh Kudus akan menolong kita sehingga kita bisa mengerti firman-Nya dan dimampukan untuk melakukannya.

Rabu, 04 Desember 2013

Artikel - Mengenal Injil Barnabas: Injil Asli atau Injil Palsu?

Mengenal Injil Barnabas:
Injil Asli atau Injil Palsu?

Belakangan ini pembahasan tentang Injil Barnabas (kemudian disingkat “IB”) kembali menghangat. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya berita tentang ditemukannya naskah Injil Barnabasdi di Turki.
Penemuan ini menjadi sangat menarik karena setidaknya ada 3 alasan, yakni (1) kata “injil” yang digunakan sama dengan kata yang biasa digunakan oleh orang Kristen, sehingga dianggap memiliki kaitan yang erat dengan kekristenan; (2) nama “Barnabas” adalah nama yang cukup dikenal di dalam kekristenan, sehingga dianggap memiliki korelasi dengan kekristenan; (3) isinya yang berbeda dengan Injil yang dipercaya oleh umat Kristen selama ini, sehingga injil inilah yang dianggap sebagai “injil yang asli.”  
Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara singkat tentang Injil Barnabas ini. Apakah memang kitab ini memiliki kaitan dengan Yesus Kristus? Siapakah “Barnabas” yang dimaksud oleh penulis: benarkah ia adalah tokoh yang disebutkan dalam kitab Kisah Para Rasul? Apa sajakah yang disampaikan oleh kitab ini? Bagaimana kita menyikapinya?  Saya berharap tulisan ini bisa memberikan sedikit pendahuluan untuk kita mengenali kitab ini. 

Siapakah Penulis Injil Barnabas?
Nama “Barnabas” segera dikaitkan dengan salah satu tokoh pemberita Injil di dalam Kisah Para Rasul. Banyak orang percaya bahwa penulis injil ini adalah Barnabas yang diberitakan di dalam Kisah Para Rasul. Namun, benarkah anggapan tersebut?
Berdasarkan catatan di injil Barnabas sendiri, disebutkan bahwa Barnabas adalah rasul dari Yesus orang Nazaret (pasal 1:1). Ia mengaku bahwa ia memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus, “Dan itulah sebab yang mendorong saya menulis kebenaran yang telah saya lihat dan mendengarnya di waktu pergaulan saya dengan Yesus” (1:8).
Begitu pula ia mengaku bahwa ia ikut dengan Yesus ketika Yesus dimuliakan di atas gunung. “Dan ketika Yesus mengatakan demikian, maka pulanglah ia kemudian ia pergi ke bukit Tabur. Dan ikut naik bersama dia Petrus, Yakub dan Yahya saudaranya, beserta yang menulis ini”(42:26-27). Dalam pasal berikutnya, ia pun mengaku bahwa ia bersama dengan ketiga murid di atas menuruni bukit dan menjumpai kedelapan murid lainnya. “Kemudian turunlah Yesus menuju kepada kedelapan muridnya yang menantikan di bawah” (43:1).
Dari beberapa ayat di atas, penulis injil ini mengaku bahwa ia adalah salah seorang dari 12 murid Yesus. Hal ini bertentangan kesaksian para penulis Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Disebutkan bahwa nama Barnabas tidak ada dalam susunan 12 murid yang dipilih secara langsung oleh Yesus. “Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia” (Matius 10:2-4).
Nama Barnabas baru muncul di dalam Kisah Para Rasul, ”Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul” (Kis. 4:36-37). Perhatikan bahwa nama Barnabas adalah nama pemberian yang diberikan oleh para rasul kepada Yusuf. Itu berarti, Barnabas bukanlah rasul, seperti yang disebutkan dalam Injil Barnabas 1:1 di atas. Sebaliknya, ia adalah seorang pengikut Kristus yang mendampingi para rasul dalam pemberitaan Injil dan yang juga giat melakukan pemberitaan Injil secara pribadi.
Jika demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa kesaksian penulis tentang dirinya yang adalah rasul adalah sebuah kebohongan.

Kapan Injil Barnabas ditulis?
Berdasarkan penelitian terhadap bahan injil tersebut maupun isinya, maka kita akan bisa memastikannya bahwa injil ini tidak ditulis di abad pertama atau kedua, melainkan pada abad ke 16.
1.        Naskah tertua dari injil ini ditemukan pada abad ke 16, dalam bahasa Italia. Naskah yang lebih tua daripada itu tidak ada. Meski pun di abad ke 2 ada tulisan yang menggunakan nama Barnabas, yakni Epistles of Barnabas, tapi keduanya tidak memiliki kaitan apa pun, karena ternyata kedua tulisan ini memiliki isi yang berbeda.
2.       Penelitian terhadap bahan baku yang digunakan pada lembaran-lembaran manuskrip Italia itu berasal dari kertas katun yang kuat dan kasar pembuatannya. Jenis kertas ini tidak ada di Timur. Sebaliknya, tanda dalam kertas-kertas tersebut merupakan sebuah jangkar kapal dalam satu lingkaran, dan ini merupakan jenis kertas dari Italia. Semua sarjana yang menelitinya mencatat bahwa sampul buku ini terbuat dalam gaya Timur karena itu mempunyai catatan pinggir dalam bahasa Arab.Dari pengujian kertas dan tinta yang digunakan, nampak bahwa itu ditulis pada abad ke 15 atau ke 16.
3.       Dalam pasal 82:14 disinggung tentang tahun Yobel yang dirayakan sekali dalam 100 tahun. Menurut Imamat 25:8-55 dan 27:16-25 tahun Yobel dirayakan sekali dalam 50 tahun dan ketentuan ini tak diubah oleh Yesus. Baru pada tahun 1300 Paus Banifacius VIII memerintahkan agar tahun Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun. Setelah mengalami beberapa penetapan tahun yang berbeda, mulai dari Paus Clement VI (1340), tahun Yobel diadakan 50 tahun sekali, dan Paus Paulus II (1470) sekali 25 tahun, barulah Paus Sixtus V (1585-1590) kembali menetapkan tahun Yobel 100 tahun sekali, sekaligus memperingati pengangkatannya sebagai paus. Dengan demikian, kita ketahui bahwa penulisan injil ini bukanlah berasal dari abad pertama dan kedua, melainkan abad ke 16.


Kontradiksi Injil Barnabas Dengan Injil Kanonik dan Tulisan Paulus
Jika kita membandingkan Injil Barnabas dengan Injil Kanonik dan tulisan di Perjanjian Baru, maka kita akan menemukan banyak kontradiksi di dalamnya. Ada beberapa kontradiksi yang terjadi, antara lain:
1.        Ketika Maria melahirkan, dinyatakan bahwa ia tidak mengalami sakit (pasal 3). Begitu pula dalam pasal 218:8, Maria dianggap tetap perawan, dan ia disebut dengan sebutan si gadis Maryam (lih. 219:1). Ini tidak ada di dalam Injil Kanonik, tetapi terdapat dalam perkembangan gereja di waktu-waktu kemudian, dan itu dicatat dalam kitab-kitab Apokrifa. [http://www.carmelia.net/index.php/artikel/tanya-jawab-iman/93-maria-perawan-selalu].
2.       Kisah penyaliban Yesus. Disebutkan bahwa Yesus tidak disalib, tapi diangkat ke surga, sedangkan orang yang disalib adalah Yudas, yang wajahnya diserupakan dengan Yesus. Hal ini jelas bertentangan dengan berita Injil Kanonik, yang secara jelas memaparkan bahwa Yesus adalah tokoh yang disalibkan.
3.       Injil Barnabas menolak ajaran Tritunggal. Berulangkali penulis injil ini menekankan tentang keesaan Allah, tapi bukan dalam pengertian Allah Tritunggal. Tuhan Yesus menegaskan tentang Allah Tritunggal (lih. Matius 28:19-20). Begitu juga rasul Petrus yang mengajarkan hal yang serupa (1 Petrus 1:1-2).
4.      Injil Barnabas beranggapan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan tentang penebusan dosa melalui pengorbanan diri-Nya. Benarkah pandangan ini? Yesus berulangkali menyatakan bahwa Ia datang untuk menyerahkan nyawa-Nya menjadi penebusan dosa (lih. Markus 10:45). Dalam Perjamuan Terakhir dengan murid-murid-Nya, Ia mengucapkan kalimat ini: “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:27-28). Begitu pula dengan Petrus. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petr. 1:18-19).
5.       Injil Barnabas mengajarkan bahwa Yesus datang untuk mempersiapkan seorang nabi yang lain (42:10-17). Benarkah pernyataan ini? Yesus menyadari bahwa diri-Nya adalah Pribadi yang telah dinubuatkan Allah melalui para nabi sebelumnya. Karena itu, Ia berkata, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk. 4:21) ketika Ia mengutip salah satu nubuat dari kitab Yesaya. Begitu pula dengan penulis kitab Ibrani menegaskan bahwa Yesus adalah puncak penyataan Allah. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (Ibr. 1:1-2). Dengan kata lain, Alkitab tidak berbicara tokoh yang lain, kecuali hanya Yesus.
6.      Injil Barnabas menyatakan bahwa Yesus menolak menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Allah (54:34). Benarkah pengajaran ini? Tentu saja tidak. Alkitab berulangkali menyebut Yesus dengan sebutan Anak Allah. Lukas 1:32 menyebutkan, “Ia (Yesus) akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.” Bahkan Yesus pun menyebut diri-Nya dengan sebutan Anak Allah (lih. Yohanes 11:4; bdk. Mat. 3:17).

Kontradiksi Injil Barnabas dengan dirinya sendiri
Penelitian yang teliti dan mendalam terhadap isi injil ini, akan membukakan pemahaman kita bahwa isi injil ini pun berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Beberapa kontradiksi yang terjadi, antara lain:
1.        Siapakah yang disebut dengan Mesias? Dalam hal ini, penulis injil Barnabas tidak konsisten dengan informasi yang disampaikannya. Di awal injilnya, ia menyatakan bahwa Yesuslah yang disebut dengan Mesias [lihat dalam bahasa Inggrisnya: True Gospel of Jesus, called Christ, a new Prophet sent by God to the world: according to the description of Barnabas his apostle. Barnabas, apostle of Jesus the Nazarene, called Christ, to all them that dwell upon the earth desireth peace and consolation.   http://www.sacred-texts.com/isl/gbar/gbar000.htm]. Tapi di dalam pasal 42, justru penulis injil ini menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Mesias, “Maka Yesus telah mengakui dengan menyatakan: sesungguhnya aku ini bukanlah Mesias” (lihat juga 96:5 – “aku bukanlah dia (mesias yang dijanjikan itu), ay. 8). Sebaliknya, menurut penulis injil ini, Yesus menunjuk pada tokoh yang lain yang disebut sebagai Mesias (padahal menurut tokoh yang dimaksud pun, bahwa Yesuslah satu-satunya mesias).

2.       Apakah Yesus mati atau tidak? Penulis injil ini pun tidak konsisten ketika menjelaskan hal ini. Menurut pasal 96:2, disebutkan bahwa Yesus pasti akan mati. Begitu juga dalam pasal 193:23, “bahwa waktuku belum tiba. Akan tetapi, apabila ia tiba, aku akan tidur seperti itu (menunjuk pada Lazarus yang mati) dan aku akan dibangkitkan segera” (perhatikan ada berita mati dan bangkit segera). Hal itu bertentangan dengan penjelasan yang disampaikannya dalam pasal 216, yakni Yesus diangkat ke surga, dan Allah mengubah wajah Yudas, “Lalu berubahlah Yudas itu dalam kata-kata dan wajahnya, sehingga ia menyerupai Yesus, dan kami pun menyangkanya Yesus” (Lihat juga pasal 217).  Begitu pula dengan pasal 214:5, “kemudian ia mengecam banyak dari mereka yang mempercayai bahwa ia telah mati kemudian bangun kembali, katanya: “Apakah kamu menyagka aku dan Allah berdusta? . . . sungguh ku katakan kepadamu bahwa aku tidak mati, tetapi yang mati adalah Yudas penghianat itu.”


 
Kontradiksi Injil Barnabas Dengan Fakta Sejarah 
Selain hal-hal yang di atas, isi kitab injil ini pun berkontradiksi dengan fakta sejarah. Hal ini membuktikan kepalsuan dan kebohongan yang disampaikannya. Salah satu standar kebenaran adalah bersesuaian dengan fakta sejarah. Apabila terjadi kontradiksi di dalamnya, maka pastilah itu sebuah kebohongan. 
1.        Kesalahan letak greografis, “Mendakilah Yesus ke Kapernaum dan ia telah mendekat dengan negeri” (21:1); “Syahdan pergilah Yesus ke laut Galilea, dan turunlah ia ke dalam sebuah kapal untuk berlajar ke Nazaret negerinya” (20:1). Dari dua ayat ini, diceritakan bahwa Yesus berangkat dan mendaki ke Kapernaum, dari Nazaret. Informasi ini berisi kesalahan letak geografis. Nazaret terletak di sebuah lembah yang curam, di antara bukit-bukit batu gamping yang paling selatan dari barisan Libanon; barisan ini membentang dari selatan barat daya ke utara timur laut. Ke arah selatan terdapat turunan tajam ke daratan Esdraelon. Dasar lembah itu berada 370 meter di atas permukaan laut.  Bukit-bukit curam menonjol di bagian utara dan timur, sedangkan di bagian barat tinggi bukit mencapai 500 meter. Sebaliknya, Kapernaum berada di pantai danau Galilea. Jadi, seharusnya dari Nazareth, Yesus turun ke Kapernaum.  [http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Nazareth]
2.       Dalam pasal 152:1 disebutkan bahwa pada hari Sabat, Yesus masuk ke Bait Allah dan para tentara Romawi pun datang memasuki Bait Allah itu untuk menganggunya. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi karena agama Yahudi melarang orang Kafir masuk ke Bait Allah (lih. Maz. 74:4, 7; 79:1). Demikian pula fakta sejarah memperlihatkan tentara Romawi sangat berhati-hati dalam menjalankan strategi politik atas orang-orang Yahudi dan agama mereka guna menghindari pemberontakan.
3.       Dalam pasal 92:1-2, disebutkan: “Dan di waktu itu, kami bersama Yesus pergi ke bukit Sinai melaksanakan apa yang dikatakan oleh Malaikat yang suci itu. Dan di sana, Yesus beserta para muridnya telah memelihara keempatpuluh hari itu.” Yang dimaksud dengan “memelihara keempatpuluh hari itu” adalah puasa, seperti yang Yesus lakukan dalam Matius 4:2 dan Lukas 4:2. Hal ini tidak sesuai dengan fakta sejarah, karena berpuasa selama 40 hari, seperti yang dilakukan oleh Yesus, belum menjadi tradisi pada masa Yesus hidup. Dalam PL, perintah untuk berpuasa hanya dilakukan menjelang hari Penebusan. Di masa PB, orang-orang Yahudi mulai menambah puasa mereka, menjadi dua kali seminggu, yakni hari senin dan kamis. Pada abad-abad belakangan barulah kebiasaan berpuasa empat puluh hari itu dipelihara, sebagai persiapan untuk menyambut paskah (dalam tradisi gereja disebut quadragesima, yang berarti empat puluh hari). [http://books.google.co.id/books?id=akId6TmCxCoC&pg=PA56&lpg= PA56&dq=sejarah+quadragesima&source=bl&ots=XLYY_LgchY&sig=LA5CmALj797RWwazAkFysOXLsj4&hl=en&sa=X&ei=rE4EUof5M4rJrQfvoA4&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah%20quadragesima&f=false]


Penutup
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kitab Injil Barnabas merupakan kitab yang penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Kitab ini sengaja ditulis oleh seseorang untuk membengkokkan kebenaran firman Tuhan. Akan tetapi, Alkitab memang telah menyatakan bahwa akan muncul dan telah muncul pengajar-pengajar palsu, yang bertujuan untuk menipu, menyeret dan membinasakan umat Tuhan.
Karena itu, betapa pentingnya kita untuk mempelajari, mempercayai dan menghidupi kebenaran firman Tuhan. Rasul Paulus telah menyatakan “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini” (2 Tim. 3:14). Selain itu, hendaklah kita pun memberitakan kebenaran firman Tuhan yang sejati, sehingga lebih banyak lagi orang yang diselamatkan oleh Tuhan.


Jumat, 20 September 2013

TIPS MENGEMBANGKAN KELOMPOK KECIL (KK)

TIPS MENGEMBANGKAN KELOMPOK KECIL (KK):

Mitos:
1. KK akan berkembang bila dipimpin oleh seorang ketua yang pintar ngomong.
2. KK akan berkembang bila dipimpin oleh seorang ketua yang berkharisma.
3. KK akan berkembang bila dipimpin oleh seorang ketua yang memiliki pengetahuan theologi yang kuat dan dalam.
4. KK akan berkembang bila dipimpin oleh seorang ketua yang telah lama menjadi orang Kristen.

Faktanya: tidaklah selalu demikian. Banyak kelompok kecil yang berkembang justru dilakukan oleh orang-orang Kristen yang biasa-biasa saja.

Jika demikian, apa yang harus dilakukan oleh Ketua KK?
1. Ketua KK adalah orang yang tekun berdoa. Bukan hanya setuju bahwa doa itu baik, tapi juga menghabiskan banyak waktu dalam doa-doa mereka: misalnya, untuk mendoakan anggota kelompoknya.
2. Ketua KK adalah orang yang menyalurkan kasih Allah. Kelompok Kecil adalah kelompok yang lebih mengutamakan pada hubungan, kedekatan, dan keintiman. Itu sebabnya kasih memainkan peranan yang sangat penting dalam kelompok sel. Ketika seorang Ketua KK bisa menyalurkan kasih Allah itu kepada anggota-anggota kelompoknya, maka pertumbuhan dan multiplikasi kelompok akan terjadi.

3. Ketua KK adalah orang yang bisa menolong anggota kelompoknya untuk menemukan pelayanan mereka masing-masing. Lowongan untuk pelayanan selalu terbuka lebar, walaupun sudah ada banyak orang yang terlibat di dalamnya.  Semakin dalam anggota kita terlibat pelayanan sesungguhnya semakin dalam pula akar dan komitmen mereka dalam gereja. Dengan demikian, semakin banyak pula buah yang mereka hasilkan. 

Rabu, 04 September 2013

Biblika - YESUS MENOLAK DIPANGGIL TUHAN??? AH, YANG BENAR NIH???

YESUS MENOLAK DIPANGGIL TUHAN??? AH, YANG BENAR NIH???


Matius 7:21
21 ¶  Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.


Apakah Yesus itu Tuhan atau bukan? Itu adalah pertanyaan klasik, yang sudah muncul sejak lama. Ada orang-orang yang menolak ketuhanan Yesus, dan menggunakan ayat-ayat di atas sebagai dasar penolakan mereka, khususnya ayat 21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Mereka menafsirkan bahwa berdasarkan ayat ini, Yesus menolak untuk dipanggil dengan sebutan Tuhan.

Benarkah pendapat ini? Benarkah penafsiran ini?

Untuk memahami ayat ini, mari kita bandingkan dengan satu peristiwa di dalam kitab Maleakhi.  “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” (Maleakhi 1:6). Di dalam ayat ini, Tuhan menggambarkan diri-Nya sebagai bapa dan tuan. Perhatikan kalimat ini, “Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu?” Penyebutan Allah sebagai bapa dan tuan tidaklah ditolak oleh Allah. Ia menerima sapaan itu.
Tapi yang menjadi penekanan pada ayat ini adalah konsekuensi logis dari tindakan mereka, yaitu mereka harus menghormati Allah. Jika seorang anak saja bisa menghormati orang tuanya (bapa) atau seorang budak menghormati tuannya (tuan), maka Allah menghendaki agar kita melakukan hal yang serupa kepada Allah. Bahkan kita harus lebih menghormati Allah daripada yang lainnya.


Dengan melihat perbandingan ini, maka dapatlah kita pahami bahwa pernyataan Yesus di dalam Matius 7 di atas memiliki penekanan yang sama dengan di Maleakhi, yaitu menghormati Yesus, bukan tentang penolakan Yesus untuk dipanggil Tuhan. Karena itu, Tuhan Yesus melanjutkan pernyataannya bahwa jika kita memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan, maka konsekuensinya adalah kita harus melakukan kehendak-Nya. 

[pembahasan lebih lanjut, silahkan: http://apologiakristen.blogspot.com/2010/02/yesus-menolak-dipanggil-tuhan.html]

Minggu, 01 September 2013

Biblika - AKU LEMAH, DIA KUAT - Filipi 4:13

AKU LEMAH, DIA KUAT

Filipi 4:13, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."

Dalam satu ayat yang singkat ini, ada beberapa kata yang menarik untuk kita perhatikan:
1. “Segala perkara” (panta) menyatakan segala sesuatu. Artinya, bukan hanya hal-hal yang kecil, tapi juga hal-hal yang besar.
2. “Kutanggung” (ischuo) menyatakan memiliki kekuatan atau kemampuan. Jika point 1 dan 2 ini digabung, maka kita akan menyimpulkan bahwa Paulus memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah yang kecil, maupun masalah yang besar.
3. “Di dalam” (en) menyatakan bahwa  ini merupakan syaratnya. Kontrasnya adalah “di luar.” Artinya, hanya dengan berada di dalam  maka yang bersangkutan dapat menikmati apa yang dijanjikan.
4. “Memberi kekuatan” (endunamoo) menyatakan bahwa ada Oknum lain yang menjadi menjadi sumber kekuatan itu dan Oknum itu memberikannya kepada orang lain. Artinya, Allah yang menjadi sumber kekuatan dan kekuatan itu diberikan kepada manusia.


Apa yang bisa kita pelajari dari ayat ini?
1. Manusia itu memiliki banyak keterbatasan, dan itu membuatnya tidak sanggup untuk menghadapi banyak pergumulan dalam hidupnya. Keterbatasan fisik: kita bisa sakit. Keterbatasan mental: kita bisa menyerah. Keterbatasan finansial: uang dan tabungan kita bisa habis dan ludes dalam sekejap. Keterbatasan logika: kita bisa stres dan galau. Masih banyak lagi keterbatasan-keterbatasan lainnya. Kita pun tidak sanggup untuk memprediksikan hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Keterbatasan ini membuat kita menjadi takut, lemah, lelah, stres, bahkan tidak sanggup lagi untuk berdiri. Dan jika kita mau merenungkan perjalanan hidup kita, maka kita akan mengetahui bahwa bukan hanya masalah-masalah yang besar saja yang bisa melemahkan diri kita, bahkan masalah-masalah yang kecil pun bisa melemahkan diri kita.
2. Allah itu memiliki kuasa yang tidak terbatas, dan itu membuat-Nya sanggup untuk menolong kita dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup kita. Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak sanggup diselesaikan oleh Allah (bahkan dosa pun sudah diselesaikan-Nya). Tidak ada waktu sedetik  pun di mana Allah akan meninggalkan kita. Tidak ada pemeliharaan yang sempurna selain yang dikerjakan oleh Allah. Tidak ada hikmat yang melampaui hikmat Allah dalam mengatur perjalanan hidup kita di masa depan.

Respons: perhatikan kata “di dalam.” Ini menjadi syaratnya bila kita ingin kuat dan mampu menghadapi berbagai pergumulan. Di luar Dia, tidak akan ada kekuatan. Tapi di dalam Dia, pasti akan kekuatan, damai sejahtera dan penyertaan.
1. Belajarlah untuk berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala masalah yang kita hadapi.
2. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Tuhan.
3. Yakinlah bahwa Tuhan memiliki hikmat yang luarbiasa dalam mengatur dan memelihara hidup kita. 

Sabtu, 24 Agustus 2013

Pendalaman Alkitab – Konseling Pra Nikah 1 - RANCANGAN ALLAH BAGI PERNIKAHAN

Pendalaman Alkitab – Konseling Pra Nikah
Materi 1

RANCANGAN ALLAH BAGI PERNIKAHAN
Kejadian 1:26-2:25

Pendahuluan:
Jika seseorang hendak membangun sebuah rumah, maka ia memerlukan desain dan cetak biru dari arsitek berkenaan dengan bangunan yang hendak dibangun. Hal itu akan menolong dalam proses pembangunan rumah tersebut sehingga rumah itu dapat dibangun sesuai dengan keinginan dan rancangan sang arsitek.
Demikian pula halnya dengan rumah tangga yang hendak kita bangun. Kita pun harus mengetahui desain dan cetak biru dari Allah, sang Perancang rumah tangga tersebut. Jika kita membangunnya sesuai dengan desain dari sang Arsitek, maka kita pun akan membangun rumah tangga yang berbahagia dan menyenangkan hati Tuhan.

Perenungan:
·         Bagaimana Saudara merancang dasar bagi pernikahan Saudara yang berbahagia?
·  Menurut Saudara, “bahan-bahan dasar” apakah yang diperlukan untuk membangun pernikahan Saudara?

Pembahasan Alkitab:
1. Lihat 1:26. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut “gambar dan rupa Allah.” Apakah maksudnya? Sebutkan beragam ciri laki-laki dan perempuan yang dapat menggambarkan tentang “gambar dan rupa Allah”?
2. Lihat 1:31. Apakah yang dimaksud dengan “amat baik”? Sejauh mana hal ini dapat menolong Saudara untuk menerima dan menghargai pasangan Saudara?
3. Lihat 1:26-30; 2:8-9, 15-17. Tanggung jawab dan potensi apa yang Allah berikan kepada laki-laki dan perempuan?
4. Lihat 2:18-25. Apakah yang dimaksud oleh Allah dengan “tidak baik” dalam ayat tersebut?
5. Lihat 2:24. Sebutkan prinsip pernikahan yang diajarkan dalam ayat tersebut?
6. Lihat 2:24. Perhatikan “menjadi satu daging.” Ini menyatakan bahwa relasi pria dan wanita yang dipersatukan dalam pernikahan adalah relasi yang paling dekat dan intim. Apakah manfaat dari relasi yang intim tersebut dalam pernikahan?
7. Lihat 2:25. Apakah yang dimaksud dengan telanjang di ayat tersebut? Apakah implikasinya bagi pernikahan?

Penerapan:
Bersediakah Saudara mengevaluasi konsep pernikahan yang sudah Saudara miliki sekarang ini dengan pengajaran firman Tuhan?



“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kejadian 1:27-28

Jumat, 23 Agustus 2013

Renungan - BUKAN DENGAN KEKUATANKU

BUKAN DENGAN KEKUATANKU
Hakim 6:15-16

Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis."

Tuhan memanggil Gideon untuk membebaskan bangsanya dari bangsa Midian, yang menindas mereka. Namun, secara halus, Gideon menolak panggilan itu, “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel?”

Sesungguhnya, ini bukanlah penolakan yang pertama, karena di ayat-ayat sebelumnya, ia pun sudah menolaknya. Salah satu alasan yang dikemukakannya adalah seperti yang tertulis dalam ayat 15-16 di atas: “kaumku yang paling kecil di antara suku Manasye” dan “aku seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.”

Dari argumentasi yang dikemukakan oleh Gideon, kita melihat bahwa Gideon merasa dirinya sebagai orang yang paling kecil, paling muda dan paling lemah. Dengan keadaannya seperti itu, ia beranggapan, bahwa ia tidak akan memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar untuk menggerakkan dan memobilisasi massa. Jika tidak ada massa yang mendukungnya, maka ia tidak akan berhasil.

Apakah Tuhan tidak tahu kondisi yang dihadapi Gideon? Oh, tentu saja Tuhan tahu. Karena itulah, Tuhan menyatakan panggilan yang tegas, “Tetapi Akulah yang menyertai engkau.” Tuhan ingin agar Gideon tidak melihat pada dirinya sendiri, tapi pada Allah yang memanggilnya. Dari bagian ini, Tuhan ingin menyampaikan beberapa hal pada kita:
1.        Tuhan meminta kita untuk tidak mendasarkan panggilan ini pada kekuatannya sendiri.
2.       Tuhan meminta kita untuk melihat bahwa Allah yang akan menjadikan panggilan kita ini berhasil.
3.       Tuhan mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian mengerjakan semuanya ini, tapi ada Tuhan yang menyertai kita.


Rabu, 14 Agustus 2013

Youth Discipleship - Materi 2 - MENGAPA HARUS HIDUP BENAR DI DUNIA YANG TIDAK BENAR?

Youth Discipleship - Materi 2
MENGAPA HARUS HIDUP BENAR DI DUNIA YANG TIDAK BENAR?
Untung atau Rugi ya?


Pendahuluan
Pasti kalian pernah mendengar sebuah pepatah: “kalau jujur itu hancur, tapi kalau bohong itu malah untung.” Apa sih maksud dari pepatah itu?
Pepatah ini ingin memberikan pemahaman pada kita bahwa melakukan firman Tuhan itu justru mendatangkan kerugian buat kita, tapi kalau tidak menaati firman Tuhan, malah kita akan mendapatkan banyak keuntungan. Ambil contoh, kalau kita melakukan sesuatu dengan jujur dan tulus, maka orang akan jadi curiga. Tapi kalau kita berbohong, orang malah percaya pada kita.
Tapi, benarkah melakukan firman Tuhan itu mendatangkan kerugian buat kita? Atau, justru kita malah beruntung?
Ingat dengan Ahok, wakil gubernur kota Jakarta? Tentu ingat ya! Ia adalah seorang pemimpin yang mengedepankan integritas, kejujuran, ketulusan dan kebenaran. Ketika ia, bersama dengan Jokowi, melakukan hal-hal itu, mereka mengalami banyak ancaman dan tekanan dari orang-orang yang tidak suka dengan kejujuran dan integritas mereka. Tapi, sebaliknya, justru mereka mendapat dukungan, simpatik dan hormat dari warga Jakarta dan seluruh warga di Indonesia.
So, untung atau rugi?

Perenungan: renungkan dan sharingkan!
1.        Berdasarkan penjelasan di atas, apakah standar yang kita gunakan untuk menyatakan sesuatu itu untung atau rugi?
2.       Berdasarkan penjelasan di atas, yang manakah yang akan Saudara pilih? Mengapa?

Pembahasan Firman Tuhan: Berdasarkan ayat-ayat di bawah ini, maka Saudara akan menemukan alasan kita harus hidup benar di dalam dunia yang tidak benar ini!
1.        I Petrus 1:14-17
2.       I Yohanes 2:6
3.       Roma 6:12-13

Selain itu, coba perhatikan juga ayat-ayat ini: Mazmur 34:16-19.
1.        Apakah yang terjadi dengan orang-orang yang benar?
2.       Apakah janji Allah bagi mereka?

Penerapan
Apakah yang akan Saudara lakukan? Ingatlah firman Tuhan ini: “sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang benar” (Mzm 37:17).